Selasa, 03 Juni 2014

Incarnation 3

Dentingan terakhir lagu 'Moonlight sonata -Beethoven'  meninggalkan jejak bagi siapapu yang mendengar permainan Dimas. Mama Dimas menyonsongnya.

"Dimas! Mom sangat bangga padamu" Dimas tersenyum kecil.
"Itu sih kecil. Dimas, dad mau kau bermain lebih bagus lagi" ujar ayah Dimas. Dimas terdiam, merenungkan apa yang sebenarnya diinginkan ayahnya. Dari kecil, Dimas selalu disuruh memenuhi target. Peringkat pertama, siswa terbaik, beasiswa, bermain musik, semuanya! Dimas menghela nafas.
"Baiklah"

Dulu, dia lelah dengan keluarganya, keharusannya memenuhi target, semuanya. Dimas kira hidupnya akan terus begini, muram. Sampai akhirnya, Dimas mengenal Kei.

~
Kei ingin lepas dari bayang-bayang Reva. Dia tidak bisa menjauhi Dimas, Kei sangat menyayangi Dimas. Tapi bagaimana caranya menyayangi seseorang jika dia pernah tersakiti oleh roh yang sama? Dimas mungkin lupa, tapi Kei tidak.

Melihat muka Dimas hanya membuatnya membuka luka lama sampai kering, tapi masih berbekas. Kei terlalu takut untuk jatuh cinta, Kei takut jatuh ke lubang yang sama. Tidak, dia tidak serapuh ini tentu saja. Ironisnya, di mata Kei, Dimas sudah mati, seperti Revanza.

Teman-teman sekampus nya sering meledek Kei karena seleranya yang jadul, buku bacaan berat, hal-hal semacam itu. Tapi Kei tidak peduli, selama itu membuatnya nyaman. Namun, entah kenapa dia tidak bisa konsep itu mendasari masalahnya sekarang. 'tahu tidak? aku berpacaran dengan cowok yang harusnya sudah mati' Kei tidak mau itu terjadi, walaupun itu membuatnya nyaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar